MAJALAHREFORMASI.com – Di tengah reruntuhan dan kepulan asap sisa kebakaran besar yang melanda Kelurahan Kampung Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, secercah harapan kembali menyala. Yayasan Sumbangan Sosial Keagamaan Kristen Indonesia (Yaski) dan Badan Musyawarah Antar Gereja Nasional (Bamagnas) hadir membawa bantuan dan kehangatan bagi para korban yang tengah berjuang melewati masa-masa sulit.
Bencana yang terjadi beberapa hari lalu telah meluluhlantakkan lebih dari 500 rumah dan memaksa sekitar 800 Kepala Keluarga atau 3.200 jiwa kehilangan tempat tinggal. Mereka kini tersebar di dua titik pengungsian dengan kondisi yang sangat terbatas banyak yang hanya beralaskan tikar, berteduh di tenda darurat, dan mengandalkan bantuan yang datang silih berganti.
Dalam aksi sosial yang digelar baru-baru ini, Bamagnas dan Yaski hadir dengan membawa bantuan makanan, kebutuhan pokok, serta layanan pemeriksaan kesehatan gratis. Di tengah luka dan kelelahan para pengungsi, kehadiran mereka bagaikan angin segar yang meniupkan harapan.
“Ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap sesama. Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri,” ujar Japarlin Marbun, Ketua Umum Bamagnas dan Yaski. Ia menegaskan bahwa sejak terbentuknya Bamagnas pada 2014 dan Yaski pada 2018, pihaknya selalu berusaha hadir di tengah masyarakat saat bencana melanda mulai dari Sumatra, Jawa, NTT, dan wilayah lainnya.
“Di mana pun ada tangisan, di sana kami berusaha hadir membawa penghiburan. Karena kadang yang mereka butuhkan bukan hanya bantuan materi, tapi juga kehadiran dan dukungan moral,” tambahnya.
Ketua RT setempat, Sudiyono, tak bisa menyembunyikan rasa terima kasihnya. “Kami sangat mengapresiasi kehadiran Bamagnas dan Yaski. Warga kami, terutama lansia, mengalami sesak napas akibat asap. Bantuan ini sangat berarti,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa kondisi pengungsi masih jauh dari kata layak. Dengan jumlah pengungsi mencapai ribuan dan sumber daya terbatas, warga membutuhkan lebih dari sekadar bantuan sesaat. “Kami berharap pemerintah turut membantu membangun kembali rumah-rumah warga. Tanah ini satu-satunya yang mereka miliki. Warga kami terbiasa mandiri, tapi kebakaran ini sudah terlalu sering terjadi. Tabungan mereka habis.”
Menurut Sudiyono, sebelumnya Gubernur DKI Jakarta, Wakil Presiden RI, dan Wali Kota Jakarta Utara juga telah mengunjungi lokasi. Namun, harapan besar tetap tertuju pada upaya nyata untuk rekonstruksi pemukiman agar para korban bisa segera keluar dari pengungsian dan memulai hidup baru.
Aksi sosial ini bukan sekadar rutinitas amal, hal itu menjadi pengingat bahwa di balik puing-puing dan kesedihan, selalu ada ruang untuk kasih dan solidaritas. ***
BalasTeruskanTambahkan reaksi