Jhon Panggabean Pimpin Ibadah Penuh Urapan di Gereja Pentakosta Kristus Jakpus

MAJALAHREFORMASI.com – Ditengah kesibukan di dunia hukum. Sosok ini kembali mengingatkan kita tentang makna syukur dan keteguhan iman. Dialah Jhon Panggabean, seorang lawyer senior, mantan Ketua Panggabean se-Jabodetabek dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Pledoi sekaligus seorang pencipta lagu rohani.

Pada Minggu pagi, 27 April, di Gereja Pentakosta Kristus, Senen, Jakarta Pusat, ia membawakan kotbah rutin bulanan yang menyentuh banyak hati.

Seperti diketahui, bukan hanya dikenal sebagai advokat, Jhon Panggabean juga memiliki talenta luar biasa dalam dunia musik. Ia telah menciptakan berbagai lagu, termasuk lagu rohani, yang menggambarkan perjalanan rohaninya yang penuh warna.

Salah satu karya terbarunya yang berjudul “Selagi Masih Ada Waktu” yang bisa didengar dengan Klik link: https://youtu.be/fUN5E98oCL8?si=NaA4fsL3qkBjexh menjadi refleksi mendalam atas perjalanan hidupnya yang diwarnai mukjizat dan kasih karunia Tuhan.

Dalam kotbahnya, Jhon membagikan pengalaman pribadi yang sangat mengharukan. Ia menceritakan tentang perjuangan selama 2 tahun menghadapi beberaa penyakit sekaligus antara lain Osteoporosis, lambung/muntah/muntah, pengentalan darah dan penyakit autoimun yang dideritanya sampai sempat pakai kursi roda dan berat badan dari gemuk sempat tinggal 47 Kg sebuah kondisi yang hampir melumpuhkan karir dan kehidupannya secara ekonomi.

Namun, lewat iman dan doa yang tak pernah padam, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dan memberikan mujizat kesembuhan kepadanya. Tak hanya itu, ia juga menyaksikan kesembuhan putri bungsunya yang saat itu berumur 4 tahun mengalami gangguan pendengaran yang didiagnosa dokter gendang telinganya rusak jadi harus memakai alat pendengaran.

Namun setelah berdoa saat itu bersama hamba Tuhan memohon kesembuhan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba putrinya menyatakan “papa aku dengar, aku dengar” katanya, mulai saat itu putrinya bisa mendengar dan tidak jadi pakai alat bantuh dan puji syukur dia sudah jadi lawyer.

Jhon juga menyaksikan penyelamatan ajaib atas putranya Samuel yang nyaris saat dikandungan kehilangan nyawa karena ari2nya hampir putus dan setiap hari saya doakan, mujizat terjadi putranya Samuel lahir dengan selamat bahkan tanpa operasi.

Kini, dengan penuh syukur, Jhon menikmati berkat besar dalam kehidupannya, termasuk tiga cucu tercinta yang menjadi pelengkap sukacitanya.

Dalam pesannya pagi itu, Jhon mengingatkan bahwa pikiran manusia adalah arena peperangan rohani. Ia mengutip Efesus 6:10-13 dan Efesus 6:16-17, menekankan bahwa perjuangan hidup ini bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat diudara.

Jadi dalam segala keadaan pergunakanlah perisai imsn, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua pana api dari si jahat, dan terimala ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah. Oleh karenanya kuasa kegelapan atau roh jahat selalu berusaha mempengaruhi pikiran kita.

“Setiap hari kita dihadapkan pada peperangan dalam pikiran kita. Misalnya dari yang sederhana dalam hubungan suami-istri dan anak2, dalam masyarakat, dalam persoalan ekonomi, bahkan dalam profesi kita,” ujar Jhon dengan penuh semangat.

Ia mengingatkan jemaat bahwa iblis berusaha menanamkan ketakutan dan keputusasaan, namun Firman Tuhan memerintahkan kita untuk memikirkan segala yang benar, mulia, adil dan kebajikan, seperti tertulis dalam Filipi 4:8. Firman Tuhan juga menyatakan agar kita memikirkan perkara yang diatas bukan yang dibumi sebagaimana dalam Kolose 3:2. Berarti pikiran kita harus tertujuh kepada Tuhan disetiap aspek kehidupan kita.

Lebih lanjut jhon menyatakan dalam menghadapi semua persoalan hidup kita tidak perlu takut termasuk menghadapi semua keadaan karena ada Firman Tuhan yang menyatakan,” ..Jika Allah dipihak kita siapa yang akan melawan kita?

Sebagai seorang mengikuti program doktor Ilmu Hukum di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jhon membuktikan bahwa pencapaian duniawi harus selalu diimbangi dengan keteguhan rohani. “Apapun profesimu, libatkan Tuhan,” katanya tegas, sembari mendorong semua orang, termasuk wartawan yang hadir, untuk memberitakan kabar baik lewat karya mereka masing-masing.

Menutup khotbahnya, Jhon mengajak jemaat untuk terus melekat pada Tuhan, percaya bahwa sebesar apapun tantangan hidup, Tuhan sanggup membuka jalan. Kuncinya adalah bersyukur, berdoa, dan berpikir sesuai dengan kehendak Tuhan.

Perjalanan hidup Jhon Panggabean adalah bukti nyata bahwa kasih Tuhan tak pernah habis. Ia bukan hanya seorang pengacara, bukan hanya seorang pencipta lagu, melainkan seorang saksi hidup betapa besarnya kuasa Tuhan dalam memulihkan, memberkati, dan mengangkat umat-Nya.

“Selagi masih ada waktu, marilah kita gunakan hidup ini untuk memuliakan Tuhan,” ungkapnya. (*)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan