Yasmine Lisasih: Dari Air Mata Perjuangan Menuju Panggung Keadilan

MAJALAHREFORMASI.com – Di balik wajah cantiknya, tersimpan kisah perjuangan hidup yang tak biasa. Ia bukan hanya seorang pengacara ternama, tetapi juga simbol kekuatan, kerja keras, dan keberanian. Dialah Nin Yasmine Lisasih, S.H., M.H., atau yang lebih akrab disapa Miss Yasmine – sosok perempuan inspiratif yang membuktikan bahwa mimpi dan keadilan bisa diperjuangkan, bahkan dari titik nol.

Menjadi pengacara bukan hanya profesi bagi Miss Yasmine. Itu adalah panggilan jiwa—sebuah janji yang terpatri sejak ia masih belia. Bukan karena glamor dunia hukum, melainkan karena luka masa lalu yang begitu dalam.

“Saya pernah berada di posisi korban, berjuang sendirian dalam sebuah kasus hukum. Saat itu saya benar-benar tidak berdaya. Di situlah saya melihat betapa rusaknya sistem hukum di negeri ini. Sejak itu, saya bertekad mengabdikan diri untuk menegakkan keadilan,” kenangnya, dengan mata yang menyiratkan luka yang telah berubah menjadi kekuatan.

Tumbuh Tanpa Sosok Ayah
Lahir dan dibesarkan di kota Solo, Yasmine tumbuh sebagai anak perempuan tanpa kehadiran penuh seorang ayah. Ayahnya, seorang PNS di Kementerian Keuangan, harus berpindah-pindah tugas ke berbagai pelosok Nusantara. Tapi perpisahan karena dinas belum seberapa dibanding perpisahan abadi.

“Saya kira, berpisah sementara dengan ayah adalah cobaan terberat. Tapi ternyata, ditinggalkan selamanya oleh ayah adalah luka yang paling dalam,” katanya lirih, sembari menyeka air mata.

Menembus Keterbatasan dengan Prestasi
Saat sang ayah wafat, impian Yasmine untuk melanjutkan kuliah nyaris pupus. Ibunya tidak bekerja, dan biaya kuliah tampak seperti dinding tinggi yang tak bisa dilompati. Namun ia tak menyerah. Lewat perjuangan panjang, ia berhasil mendapatkan Beasiswa Djarum Foundation, mengalahkan ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia.

Meski biaya kuliah tercukupi, hidup tetap tak mudah. Ia bekerja sebagai penyiar radio di Solo, mengambil jadwal siaran subuh. Pukul 4 pagi ia sudah berangkat, bersiaran dari VOA (Voice of America) dan BBC (British Broadcasting Corporation) hingga pukul 9, lalu langsung ke kampus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk kuliah. Di akhir pekan, ia mengisi waktu sebagai penyanyi di berbagai acara pernikahan dan kafe.

“Saya benar-benar menikmati perjuangan itu. Saya tahu, satu-satunya jalan keluar dari keterbatasan adalah lewat pendidikan dan kerja keras,” ujarnya.

Kerja kerasnya akhirnya terbayar lunas. Ia lulus dengan IPK tertinggi dari 1.271 wisudawan, menjadi lulusan termuda se-Universitas di usia 20 tahun, sekaligus salah satu yang tercepat di angkatannya.

Melanglang Dunia Ilmu
Berbekal prestasi itu, Miss Yasmine kembali mendapat beasiswa dari Djarum untuk melanjutkan S2 di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung. Ia tak hanya lulus dengan nilai gemilang (IPK di atas 3,50), tapi juga lulus tepat waktu di usia 22 tahun.

Dalam perjalanannya, ia sempat mengikuti comparative study di National University of Singapore (NUS) dan intensive course di University Technology Sydney (UTS) bekerja sama dengan WIPO (World Intellectual Property Organization).

Namun, di balik pencapaian luar biasa itu, Yasmine tetap menghadapi badai. Saat menempuh S2, ia harus bekerja untuk menyambung hidup, dan bahkan menjadi korban cyber bullying.

“Tapi saya tidak menyerah. Saya terus belajar, terus berjalan. Saya tahu Tuhan sedang membentuk saya melalui setiap ujian itu.”

Bersama Sang Legenda: Hotman Paris
Tahun 2013 menjadi titik balik. Takdir mempertemukannya dengan pengacara kondang Dr. Hotman Paris Hutapea, dan ia dipercaya menjadi asisten dosen mata kuliah Hukum Kepailitan. Hingga kini, ia tergabung dalam tim Hotman Paris 911, menangani berbagai kasus kemanusiaan seperti pembunuhan, pemerkosaan, hingga penganiayaan berat yang kerap terabaikan aparat hukum.

“Saya tahu betul rasanya berada dalam posisi tak berdaya. Karena itu saya berjanji pada diri sendiri untuk membela mereka yang terpinggirkan,” tegasnya.

Dosen, Penulis, dan Kini Pemilik Firma Hukum Sendiri
Di tengah kesibukannya sebagai advokat, Miss Yasmine juga menjalani karier sebagai dosen tetap di lima kampus di Jakarta, termasuk Universitas Esa Unggul, Universitas 17 Agustus 1945,  Kwik Kian Gie School of Business, GS Fame Institute of Business dan Universitas Mpu Tantular. Pengalamannya ini membawanya menjadi saksi ahli dalam puluhan kasus hukum.

Tak hanya itu, ia juga seorang penulis buku hukum, dengan karya berjudul Panduan Praktik Beracara Perdata bagi Lawyer yang sukses menjadi buku terlaris di Shopee dan penerbitnya.

Dan pada 17 September 2023, ia mendirikan Yasmine Lisasih Law Office & Partners di Bekasi. Karena banyaknya kasus yang berhasil ditangani, ia membuka kantor cabang di Jakarta Barat pada 9 Juni 2025.

Bukan Keberuntungan, Tapi Kerja Keras
Saat ditanya apakah ini semua hasil keberuntungan? Yasmine menjawab tegas: “Tidak. Semua ini hasil kerja keras dan fokus pada tujuan. Saya menekuni perjuangan ini selama bertahun-tahun.”

Untuk Para Perempuan Pejuang
Diakhir wawancaranya Yasmine berpesan bagi perempuan muda yang sedang berjuang dalam keterbatasan: “Perempuan harus memiliki kebebasan finansial, agar tidak direndahkan oleh laki-laki atau masyarakat. Kita harus berpendidikan dan berprestasi, karena perempuan adalah calon ibu yang akan mendidik generasi masa depan. Jadilah agen perubahan, jadilah cahaya.”

banner 336x280

Tinggalkan Balasan