MAJALAHREFORMASI.com - Di tengah berbagai tantangan hidup, menjaga hubungan vertikal dengan Tuhan menjadi kunci penting bagi kesehatan mental, terutama bagi wanita yang sering menghadapi beban ganda. Lasmaida Gultom, seorang Pengawas Eksekutif Senior (Direktur) di Departemen Pemeriksaan Khusus dan Pengawasan Perbankan Daerah di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menekankan bahwa ketenangan batin melalui kedekatan spiritual dapat membantu menghadapi tekanan emosional dan sosial.
"Kedekatan kita dengan Tuhan menjadi fondasi kuat yang menenangkan jiwa, terutama saat menghadapi situasi sulit," ungkap Lasmaida.
Menjaga hubungan dengan Tuhan tidak hanya melindungi, tetapi juga menguatkan mental kita dalam menghadapi tantangan hidup. Lasmaida Gultom menyampaikan bahwa segala sesuatu yang dapat kita capai, baik itu keberhasilan maupun damai sejahtera, sesungguhnya berasal dari kemurahan Tuhan.
"Ketika kita menyadari bahwa kesuksesan kita adalah karunia Tuhan, hati kita tenang, dan dipenuhi rasa syukur," ungkapnya.
Sebagai perempuan, sering kali peran kita berlipat, bukan hanya sebagai individu yang bekerja atau berkarya, tetapi juga sebagai istri dan ibu dalam keluarga. "Ibu rumah tangga adalah penolong bagi suami dan juga pengelola utama dalam keluarga. Walaupun ada asisten rumah tangga, tanggung jawab untuk memastikan semuanya berjalan baik tetap berada pada kita sebagai ibu rumah tangga,” tambah Lasmaida.
Dengan kesibukan dan berbagai tanggung jawab itu, Lasmaida menekankan pentingnya bersandar pada Tuhan dengan kuasa Roh Kudus. “Apapun persoalan yang kita hadapi baik di rumah, pekerjaan, atau komunitas ketika kita mengandalkan Tuhan, kita akan merasakan damai yang menenangkan. Ini bukan berarti kita bebas dari masalah, tetapi kita mendapatkan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapinya," jelasnya.
Menurut Lasmaida, ketenangan batin ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan fisik kita. "Keseimbangan jiwa dan pikiran akan membantu kita mengelola stres dengan lebih baik, menjaga kesehatan tubuh, dan menghindari gangguan pada organ-organ vital,” katanya.
Pergaulan dan dukungan dari lingkungan sosial juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Lingkungan yang baik, baik di keluarga maupun dalam komunitas, memungkinkan kita untuk saling menghormati dan menerima satu sama lain apa adanya. “Tuhan menciptakan setiap orang unik, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika kita bisa menerima orang lain sebagaimana adanya, hubungan kita akan lebih harmonis dan membantu menciptakan kedamaian batin,” ujarnya.
Selain itu, Lasmaida menyoroti tentang tantangan generasi muda yang hidup di era digital dan serba instan. "Banyak anak muda ingin segalanya serba cepat dan sukses dalam karier, popularitas, dan kemapanan finansial. Namun, mereka lupa bahwa ada proses yang harus dilalui. Kita tidak bisa melompat tanpa memahami tahap-tahap yang harus dijalani dengan tekun dan bijaksana," ungkapnya.
Lasmaida juga mengingatkan agar kita tidak terlalu merasa memiliki segala sesuatu, termasuk anak-anak, harta, atau kesuksesan kita. “Semua yang kita miliki adalah milik Tuhan, kita hanya bendahara yang dipercaya untuk mengelola. Ketika kita menyadari ini, kita akan lebih siap menghadapinya dengan tenang,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa, “Ada perbedaan nyata antara mereka yang mengandalkan Tuhan dengan yang tidak. Orang-orang yang bersandar pada Tuhan umumnya lebih damai, tenang, dan terhindar dari penyakit akibat stres seperti kanker atau jantung,” ujar alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), UPI-YAI Jakarta dan STT IKAT Jakarta dengan gelar 3 doktor dan PhD ini kepada wartawan.
“Pada akhirnya, kemampuan untuk bersyukur, mengampuni, mengasihi dan menyerahkan hidup kita pada Tuhan adalah rahasia dari kesehatan mental yang baik,” pungkas Lasmaida Gultom. (David)