MAJALAHREFORMASI.com - Pengusaha berparas cantik Inge Fang adalah pemilik distributor alat penambang timah yang cukup besar dan dikenal oleh masyarakat khususnya di kalangan pertambangan timah.
Tidak berlebihan tentunya, Wanita penyuka warna Bright White ini sejak awal memang tampak menonjol dari teman-temannya. Hanya dalam waktu setahun sejak bergabung pada salah satu bank swasta yang cukup terkenal dirinya berhasil menjabat sebagai Pimpinan Cabang di pusat bisnis di Jakarta.
(Foto Bareng Sahabat)
(Bersama Duta besar China)
(Bersama Teman Panitia acara achievement celebration of Inge Fang)
Namun setelah berumur 34 tahun, dengan ketajaman bisnisnya Inge memberanikan diri mencoba di bidang alat pertambangan.
"Setelah saya berumur 34 tahun saya rasa saya cukup bekerja di perbankan dan mulai melirik di bidang pertambangan," jelas Inge.
(Irjen Pol (Purn Hamidin saat acara achievement celebration of Inge Fang)
"Kebetulan tempat kelahiran saya di Bangka, saat itu menjadi pusat pertambangan timah nomor 1 dunia, lalu saya melihat peluang apa yang bisa saya suplai disana," tambahnya.
Ditempat itulah Inge membangun bisnis pertamanya sebagai pensuplai alat-alat tekhnik pertambangan. Hanya dalam kurun waktu 3 tahun dirinya sudah berhasil bahkan memegang beberapa brand alat untuk pertambangan.
(Letnan Jenderal TNI (Purn.) H. Sutiyoso, S.H saat acara achievement celebration of Inge Fang)
Terkena Musibah
Memasuki tahun ke-4, Inge sudah dalam posisi puncak, banyak pabrik mencarinya untuk memegang brand mereka. Bukan hanya itu saja, dirinya juga sudah ada planning melanjutkan ekspansi ke kota lain.
Namun sayangnya musibah datang, Inge jatuh sakit. Dia merasakan kala itu sekujur tubuhnya sakit sekali, mulai dari kaki, badan hingga tangan. "Rasanya seperti dicambuk rotan yang tertusuk dalam tulang, sakitnya mengerikan dan saya benar-benar menderita dan takut kehilangan karena anak masih kecil," kisahnya.
(Foto Bareng dengan Pejabat Kedutaan Tiongkok dalam acara China National Day)
Saat itu Inge dilarikan ke rumah sakit dengan memakai ambulance, namun anehnya saat diperiksa tim medis mereka tidak mengetahui jenis penyakit apa yang dialaminya. Keesokan harinya Inge merasa kondisinya lebih baik tetapi hari berikutnya kambuh lagi, dan tidak bisa berjalan dengan normal.
(Distributor alat Penambang Timah)
Ada 10 dokter yang datanginya dan mereka tidak mengetahui jenis penyakitnya. Hingga suatu waktu ada seorang dokter yang memvonis dirinya terkena penyakit syaraf kejepit dan dianjurkan untuk segera dioperasi.
(Persiapan Operasi)
Setelah operasi bukannya sembuh namun ia merasa badannya setengah lumpuh, berjalan lima meter saja sangat sulit.
"Saya hidup dengan morfin, paint killer dan obat penenang. Kalau sampai titik terendah, saya opname, begitulah kehidupan saya," ucap Inge.
Hari berikutnya, Inge mencoba berobat ke dokter berinisial T, lagi-lagi dirinya menelan pil pahit, pasalnya pasca operasi dirinya malah lumpuh total. Inge tidak bisa bangun, tidur diatas ranjang bahkan melakukan aktifitas kerja disana.
"Bukannya sembuh malah lebih parah, saya merasakan sakit yang tak tertahankan lagi," kata Inge.
Namun walaupun terbatas, aktivitas bekerjanya masih berlangsung karena keinginannya untuk menjadi orang hebat dan berhasil sangat kuat, sehingga tidak heran selama 16 tahun Inge berjuang melawan penyakitnya mulai dari lumpuh hingga Kanker, tak pernah sedikitpun merasa putus asa atau hopeless.
Inge mengatakan tidak ada yang mengetahui jika dirinya sekarat saat itu hanya kakaknya yang sekarang sudah meninggal dunia. Inge sangat menjaga wibawa dan karismanya, baginya itu adalah aib.
"Tidak ada yang tahu jika saya sakit termasuk pihak pabrik, importir tidak ada yang boleh tahu karena saya betul-betul sangat menjaga wibawa dan karisma saya dan bagi saya penyakit ini adalah aib," ungkapnya.
Setiap hari Sopir mengantarkannya ke gereja, karena susah berjalan dia berjalan didampingi terkadang dipapah namun jika tidak kuat lagi naik kursi roda.
"Saya berdoa minta ampun kepada Tuhan dan memohon kesembuhan karena saya sadar dengan sembuh saya bisa berkarya dan menciptakan lapangan kerja bagi orang banyak, terutama bagi anak saya. Saya mau jadi ibu yang baik bagi mereka berdua," kenangnya.
Badai dalam kehidupannya ternyata tidak berhenti, suatu ketika perutnya tiba-tiba membesar, belum lagi penyakit lamanya sembuh dia harus menghadapi penyakit baru lagi. Inge memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya diluar dugaannya ternyata Kanker jinak yang harus segera diangkat dan itu besar sekali.
"Apalagi ini Tuhan, saya sudah tidak kuat lagi," ucapnya dengan nada pelan sambil menyeka air matanya mengingat kembali pergumulannya saat itu, sambil meminta waktu beberapa saat menenangkan dirinya.
Setelah operasi perut berhasil, sahabatnya menyarankan berobat ke Beijing untuk mengobati penyakit sebelumnya, disana Inge dirawat lebih dari 1,5 bulan kemudian berlanjut ke kota Sydney selama 1 bulan namun hasilnya nihil.
Hingga suatu ketika dia disarankan ke rumah sakit Mahkota Medical Center Malaka, Malaysia yang ditangani Dr Parthiban Navoo. "Saya katakan pada teman saya, jika kota besar tidak bisa sembuhkan saya apalagi kota kecil, tetapi teman saya berkata jangan lihat kotanya namun dokternya," imbuhnya.
Benar saja setelah selesai operasi disana Inge tidak merasakan sakit namun masih lemah. Lima hari kemudian dirinya baru boleh pulang ke Indonesia. "Saya belajar renang dan berjalan lalu terapi selama 14 bulan baru bisa berjalan," kata Inge.
Lebih lanjut, tercatat Inge menderita sakit tersebut selama 8 tahun, lalu tahun ke-9 ia menderita penyakit tumor jinak dileher yang menggangu pita suaranya hingga saat ini, bukan itu saja dengan berjalannya waktu dia juga divonis kanker ganas dua kali lengan kiri dan kanan. Tak berhenti disitu 3,5 tahun silam ia merasakan sesak didada divonis dokter jika usianya tinggal 6 bulan namun itu tidak membuat Inge terguncang karena dia yakin hidup dan mati ditangan Tuhan.
Dalam masa sulit, Inge selalu mengimani, walaupun tidak mudah firman Tuhan dalam Mazmur 37:23-24 yang tertulis,"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."
Saat ini, dengan kerja kerasnya selama masa pengobatan dengan menjaga pola hidupnya dan atas pertolongan Tuhan keadaan kesehatannya sudah membaik. Dalam wawancara yang berlangsung hampir 1,5 jam itu Inge kelihatan bugar dan tenang. Ia bahkan sempat mengajak redaksi untuk melihat pemandangan laut dari lantai 3 rumah mewahnya di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Pada akhir wawancaranya dia mengajak para perempuan Indonesia tetap kuat menghadapi tantangan apapun dalam hidupnya. Perempuan mandiri, ujar dia, dapat mengatasi semua masalahnya sendiri bahkan menjadi lebih hebat lagi.
Selain pengusaha di bidang pertambangan kini Inge juga merambah pada dunia properti dan pemasok buah di beberapa supermarket terkenal kesuksesannya diraih walau harus hidup dengan penyakit selama 17 tahun.
*Sebagai informasi, Judul berita ini adalah pemberian dari Basuri Tjahaya Purnama (BTP). (DaVid)