MAJALAHREFORMASI.com - Hari raya Imlek adalah sebuah Momentum refleksi diri seluruh umat agar menjadi lebih baik. Demikian disampaikan oleh Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) DKI Jakarta Liem Liliany Lontoh kepada wartawan saat ditemui di Kelenteng Kong Miao di bilangan Jakarta Timur, Sabtu (10/2/2024) pagi.
"Kita diajak untuk selalu memperbaharui diri jadi bukan hanya sekedar baju baru dan seremonial belaka," ujar Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) DKI Jakarta saat berbincang secara eksklusif dengan majalahreformasi.com sambil tersenyum.
Tahun baru bukan hanya sekedar pergantian musim, juga bukan sekedar tradisi atau budaya saja tetapi mengandung makna spiritual, sosial dan budaya. Imlek menjadi momentum untuk introspeksi diri dan ada harapan baru yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Selain itu, imbuh dia, semangat pembaharuan diri ada pada tempayan raja Tong terukir kalimat, "Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar tetap baharu selama-lamanya!" Artinya, sempurnakan diri setiap hari dengan menjaga sikap dan perbuatan agar lebih baik dan lebih baik lagi.
Lebih lanjut, merujuk tema Imlek Nasional tahun ini "Malu bila tidak tahu malu, menjadikan orang tidak menanggung malu". Tema ini, ungkap Liem Liliany Lontoh, bermakna agar umat Khonghucu selalu konsisten dengan segala ucapannya atau kata-kata harus sesuai dengan perbuatan. Seorang Junzi malu bila kata-katanya melampaui perbuatannya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengucapkan, semoga memasuki tahun baru ini semua umat diberi kesehatan, kesuksesan, kebahagiaan serta keharmonisan dalam keluarga. Selalu membina diri dengan keluarga untuk mencapai kesejahteraan juga kemakmuran yang lebih baik bagi negara.
"Selamat Hari raya Imlek bagi kita semua, Gong He Xin Xi, Wan She Ru Yi, Bahagia menyambut Tahun Baru, semoga semua harapan dapat tercapai," pungkasnya. (David)