Logo Selasa, 15 Oktober 2024
images

MAJALAHREFORMASI.com - Setiap orang pastilah menginginkan kebahagiaan dalam kehidupannya, mereka rela bersusah payah, bekerja siang dan malam, guna meraih kesuksesan demi mencapai kebahagiaan yang mereka idamkan.

Namun bagaimana sebenarnya konsep kebahagiaan itu sendiri. Menurut Dr Friskila Damaris Silitonga, MPH., D.Th seorang hamba Tuhan dan juga Social Entrepreneur mengatakan kebahagiaan terbagi menjadi dua, yakni kebahagiaan menurut dunia sekuler yang berkaitan dengan kepuasan materi.

Kemudian kebahagiaan versi Kristen lebih menekankan pada hubungan pribadi dengan Tuhan dan pemenuhan spiritual.

Wisudawan terbaik Program Doktor dari Harvest International Theological Seminary ini menambahkan jika mengacu pada Alkitab injil Matius Pasal5 banyak kata-kata bahagia yang disampaikan. Beberapa diantaranya pada ayat 5:3 dan 5:4 dikatakan, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”

Bukan hanya itu, dalam Injil  Mazmur 1:1-3 TB juga disebut: ''Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.''

Ayat-ayat tersebut mengajarkan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan dalam keadaan-keadaan yang mungkin dianggap sulit atau tidak menguntungkan dalam pandangan dunia, seperti kemiskinan atau dukacita, karena hubungan pribadi dengan Tuhan dapat memberikan penghiburan dan harapan yang mendalam.

Selanjutnya, Ayat ini adalah perintah Tuhan agar umat manusia menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan dan merenungkannya siang dan malam. Melalui praktik ini, mereka akan mencapai kebahagiaan sejati.

"Jadi jelas kebahagiaan versi dunia dengan kristen sangat berbeda bahkan sangat paradoks sekali," kata Friskila yang juga dikenal sebagai Social Entrepreneur yang mendukung lebih dari 4.500 pengusaha ultra mikro di Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Sulawesi saat ditemui wartawan di salah satu cafe di bilangan BSD Serpong belum lama ini.

Inti dari kebahagiaan sejati, kata wanita kelahiran 7 Mei 1983 ini, dalam perspektif Alkitab adalah kesediaan untuk memberi dan memanfaatkan semua yang Tuhan berikan untuk melayani. Memberi dalam artian bukan hanya materi semata namun termasuk memberi waktu, tenaga, dan segala potensi yang dimilikinya untuk pelayanan bagi sesama manusia.

Lebih dari itu ketika seseorang memberi kepada sesamanya, perbuatan itu tidak hanya memberikan manfaat kepada mereka, tetapi juga meningkatkan potensi dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak memberi, semakin besar pula potensinya untuk akan berkembang dan memberi dampak positif bagi orang lain.

 

"Maka putuskan untuk bahagia sekarang gak harus pencapaian titik tertentu atau nunggu kaya dulu karena alkitab menyebut, berbahagialah kamu yang miskin dihadapan Allah jadi itu pilihan kita masing-masing," imbuh putri dari pasangan Minister Silitonga dan Sonny Sitompul.

"Percayalah visi dan panggilan yang Tuhan beri memang akan selalu lebih besar dari kapasitas kita, agar kita selalu intim terkoneksi kepada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita untuk menggenapi visi dan panggilan-Nya melalui kita. Tetapi percayalah masalah yang Tuhan ijinkan tidak pernah melebihi kemampuan atau kapasitas seseorang, sehingga kita pasti bisa melewatinya dan menjadi pemenang karena selalu ada penyertaan Tuhan dan selalu ada kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita," lanjut ibu dari dua anak ini sambil menutup.

Sebagai informasi, Dr. Friskila Damaris Silitonga, MPH., D.Th., memiliki seorang suami bernama Nova Ratnanto yang saat ini bertugas di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afghanistan. Mereka berdua menjalani profesi sebagai Socialpreneur. Friskila juga berfokus pada pelayanan memberikan makanan rohani dan jasmani bagi keluarga yang belum sejahtera, terutama kepada perempuan yang sering kali terpinggirkan dalam masyarakat, seperti yang sedang mendekam di penjara, janda yang hidup dalam kemiskinan, serta mantan pekerja seks komersial.

Friskila juga berupaya membuka peluang-peluang kerja yang baru bagi mereka, sekaligus menyediakan perlengkapan-pelengkapan rohani yang dibutuhkan untuk memulai langkah baru dalam hidup mereka.. (David)