Logo Kamis, 22 Mei 2025
images

Jhon Panggabean

MAJALAHREFORMASI.com - Ditengah kesibukan di dunia hukum. Sosok ini kembali mengingatkan kita tentang makna syukur dan keteguhan iman. Dialah Jhon Panggabean, seorang lawyer senior, mantan Ketua Panggabean se-Jabodetabek dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Pledoi sekaligus seorang pencipta lagu rohani.

Pada Minggu pagi, 27 April, di Gereja Pentakosta Kristus, Senen, Jakarta Pusat, ia membawakan kotbah rutin bulanan yang menyentuh banyak hati.

Seperti diketahui, bukan hanya dikenal sebagai advokat, Jhon Panggabean juga memiliki talenta luar biasa dalam dunia musik. Ia telah menciptakan berbagai lagu, termasuk lagu rohani, yang menggambarkan perjalanan rohaninya yang penuh warna.

Salah satu karya terbarunya yang berjudul "Selagi Masih Ada Waktu" yang bisa didengar dengan Klik link: https://youtu.be/fUN5E98oCL8?si=NaA4fsL3qkBjexh menjadi refleksi mendalam atas perjalanan hidupnya yang diwarnai mukjizat dan kasih karunia Tuhan.

Dalam khotbahnya, Jhon membagikan pengalaman pribadi yang sangat mengharukan. Ia menceritakan perjuangannya selama dua tahun melawan berbagai penyakit sekaligus, antara lain osteoporosis, gangguan lambung yang menyebabkan muntah-muntah, pengentalan darah, serta penyakit autoimun. Kondisi tersebut sempat memaksanya menggunakan kursi roda, dan berat badannya turun drastis hingga hanya 47 kilogram. Situasi itu nyaris melumpuhkan karier dan kehidupannya secara ekonomi.

Namun, lewat iman dan doa yang tak pernah padam, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dan memberikan mujizat kesembuhan kepadanya. Tak hanya itu, ia juga menyaksikan kesembuhan putri bungsunya yang saat itu berumur 4 tahun mengalami gangguan pendengaran yang didiagnosa dokter gendang telinganya rusak jadi harus memakai alat pendengaran.

Namun setelah berdoa saat itu bersama hamba Tuhan memohon kesembuhan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba putrinya menyatakan, "papa aku dengar, aku dengar," katanya.

Sejak saat itu, putrinya mulai bisa mendengar tanpa perlu menggunakan alat bantu dengar, dan puji syukur kini ia telah menjadi seorang pengacara. Jhon juga menyaksikan penyelamatan ajaib atas putranya, Samuel, yang nyaris kehilangan nyawa saat masih dalam kandungan karena ari-arinya hampir putus. Setiap hari ia mendoakannya, dan mujizat pun terjadi Samuel lahir dengan selamat, bahkan tanpa harus melalui operasi.

Kini, dengan penuh syukur, Jhon menikmati berkat besar dalam kehidupannya, termasuk tiga cucu tercinta yang menjadi pelengkap sukacitanya.

Dalam pesannya pagi itu, Jhon mengingatkan bahwa pikiran manusia adalah arena peperangan rohani. Ia mengutip Efesus 6:10-13 dan Efesus 6:16-17, yang menekankan bahwa perjuangan hidup ini bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat diudara.

Jadi dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua pana api dari si jahat, dan terimala ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah. Oleh karenanya kuasa kegelapan atau roh jahat selalu berusaha mempengaruhi pikiran kita.

"Setiap hari kita menghadapi peperangan dalam pikiran kita mulai dari hal-hal sederhana seperti hubungan suami-istri dan anak-anak, hingga persoalan dalam masyarakat, ekonomi, bahkan dalam profesi kita," ujar Jhon dengan penuh semangat.

Ia mengingatkan jemaat bahwa iblis berusaha menanamkan ketakutan dan keputusasaan, namun Firman Tuhan memerintahkan kita untuk memikirkan segala yang benar, mulia, adil dan kebajikan, seperti tertulis dalam Filipi 4:8.

Firman Tuhan juga menyatakan agar kita memikirkan perkara yang diatas bukan yang dibumi sebagaimana dalam Kolose 3:2. Berarti pikiran kita harus tertuju kepada Tuhan disetiap aspek kehidupan kita. Lebih lanjut jhon menyatakan dalam menghadapi semua persoalan hidup tidak perlu takut termasuk menghadapi semua keadaan karena ada Firman Tuhan yang menyatakan," Jika Allah dipihak kita siapa yang akan melawan kita?"

Sebagai seorang mengikuti program doktor Ilmu Hukum di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jhon membuktikan bahwa pencapaian duniawi harus selalu diimbangi dengan keteguhan rohani. "Apapun profesimu, libatkan Tuhan," katanya tegas, sembari mendorong semua orang, termasuk wartawan yang hadir, untuk memberitakan kabar baik lewat karya mereka masing-masing.

Menutup khotbahnya, Jhon mengajak jemaat untuk terus melekat pada Tuhan, percaya bahwa sebesar apapun tantangan hidup, Tuhan sanggup membuka jalan. Kuncinya adalah bersyukur, berdoa, dan berpikir sesuai dengan kehendak Tuhan.

Perjalanan hidup Jhon Panggabean adalah bukti nyata bahwa kasih Tuhan tak pernah habis. Ia bukan hanya seorang pengacara, bukan hanya seorang pencipta lagu, melainkan seorang saksi hidup betapa besarnya kuasa Tuhan dalam memulihkan, memberkati, dan mengangkat umat-Nya.

"Selagi masih ada waktu, marilah kita gunakan hidup ini untuk memuliakan Tuhan," ungkapnya. (David)