MAJALAHREFORMASI.com - Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 mendekati tahap puncaknya dengan tiga pasangan kandidat yang siap bertarung untuk memperebutkan kursi DKI-1. Dalam kontestasi politik yang kian memanas ini, setiap pasangan hadir dengan visi, misi, dan program kerja unggulan untuk menjawab kebutuhan dan aspirasi warga Ibu Kota.
Tiga pasangan calon yang tampil dalam pemilihan ini adalah Ridwan Kamil-Suswono (No urut 1), Dharma Pongrekun-Kun Wardana (No urut 2), dan Pramono Anung-Rano Karno (No urut 3), yang masing-masing membawa latar belakang dan keahlian berbeda untuk membangun Jakarta.
Di tengah persaingan yang ketat ini, Ketua Umum Badan Musyawarah Antar Gereja Nasional (Bamagnas) Japarlin Marbun, menilai bahwa pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono, adalah kandidat paling berpeluang untuk menang, berkat rekam jejak kepemimpinan Ridwan yang telah terbukti sukses di Jawa Barat.
Sebagai mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil telah membuktikan kepemimpinannya di provinsi yang jauh lebih besar dari Jakarta. "Kalau bicara real, yang sudah pernah memimpin dan punya pengalaman memimpin provinsi, Ridwan Kamil jelas lebih berpengalaman," ungkap Japarlin.
Selain itu, dukungan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) semakin memperkuat peluangnya, dengan sumber daya politik dan logistik yang besar dari koalisi partai yang mendukungnya.
Di sisi lain, ujar dia, Pramono Anung, yang maju bersama Rano Karno sebagai pasangan nomor urut 3, memiliki rekam jejak yang tidak kalah mentereng. Pengalaman panjangnya sebagai anggota DPR dan Sekretaris Jenderal partai besar memberinya simpul-simpul kekuatan politik yang solid di tingkat nasional, yang dapat dimanfaatkan untuk membangun jaringan dukungan di Jakarta.
Dalam konteks yang lebih luas, jaringan dan kekuatan Pram di berbagai level pemerintahan menjadikannya sosok yang diperhitungkan dalam Pilgub DKI Jakarta kali ini.
Pasangan nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana, juga membawa keunggulan tersendiri. Dharma yang memiliki latar belakang di kepolisian dinilai memiliki jaringan kuat di sektor tersebut, yang bisa berperan signifikan dalam menjaga keamanan dan ketertiban Jakarta, dapat memberi nilai tambah bagi pasangan ini.
Meskipun Ridwan Kamil dan Pramono Anung terlihat lebih unggul, tidak ada yang benar-benar pasti dalam dunia politik. Sebagaimana yang sering terjadi, hal-hal tak terduga selalu bisa mengubah jalannya pemilihan, sehingga siapa yang akan memimpin Jakarta masih menjadi tanda tanya.
Tantangan Utama bagi Pemimpin Baru Jakarta
Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan menyimpan tantangan perkotaan yang kompleks, dan warga berharap pemimpin baru mampu mengatasinya dengan efektif. Tantangan pertama yang menjadi prioritas adalah kepadatan kota yang luar biasa, yang memicu kemacetan lalu lintas.
Masalah kedua adalah banjir, yang sering terjadi terutama ketika musim hujan tiba. Posisi Jakarta yang lebih rendah serta kiriman air dari wilayah Bogor, Puncak, dan Cianjur, menuntut pemimpin terpilih untuk memiliki solusi konkret dalam penanganan banjir.
Ketiga, kebutuhan penataan kota menjadi semakin mendesak. Dengan lahan yang semakin terbatas, solusi hunian vertikal seperti apartemen semakin relevan. Hal ini perlu dibarengi dengan pengelolaan tata ruang yang baik untuk memastikan kualitas hidup yang layak bagi warga.
Terakhir, kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin di Jakarta juga perlu perhatian serius. Di kota ini, perbedaan tersebut begitu mencolok, dan tanpa penanganan yang memadai, masalah sosial seperti konflik bisa menjadi terjadi.
Kampanye Pilgub yang Sejuk dan Harapan untuk Jakarta
Ketua Umum Yaski (Yayasan Sumbangan Sosial Keagamaan Kristen Indonesia) ini menyebut salah satu hal yang patut diapresiasi dalam Pilgub DKI Jakarta 2024 adalah kampanye yang berlangsung lebih sejuk. Tidak ada lagi isu-isu negatif atau kampanye hitam yang menyinggung SARA. Japarlin menganggap keberhasilan ini sebagai buah dari pemerintahan sebelumnya yang berhasil meredam konflik antar golongan. Jakarta terbukti lebih tangguh dalam mengatasi isu agama.
Sekarang Masyarakat mulai semakin matang dalam menyikapi perbedaan politik dan melihat pimpinannnya. "Kalau pemimpin kita saja berdamai, mengapa kita harus berseteru?" ungkap Japarlin.
Pada penghujung wawancaranya, Japarlin berharap seluruh proses Pilkada dapat dijalani dengan penuh sukacita dan kedamaian, sehingga tidak ada benturan yang merugikan persaudaraan dan persatuan bangsa.
Ia pun berharap agar Pilgub DKI Jakarta 2024 ini dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar cinta kepada rakyat. "Semoga Pilkada ini melahirkan pemimpin yang benar-benar mencintai rakyatnya, sehingga dalam lima tahun ke depan Jakarta bisa semakin maju dan berkembang," pungkasnya. (David)