Logo Sabtu, 20 April 2024
images

Holong Saor Nababan Aktif Dalam Kegiatan Forum Ilmiah Dan Sosial Kemasyarakatan

JAKARTA TIMUR, majalahreformasi.com -Setiap Gereja membutuhkan uang untuk menjalankan pelayananan nya. Untuk itu mau tidak mau Gereja membutuhkan management keuangan yang baik untuk mengelola keuangannya sendiri.

Yang menjadi pertanyaan nya adalah management keuangan Gereja yang baik seperti apa?

Menurut Holong Saor Nababan, bendahara GPKB Pulo Mas yang juga keseharian nya menjadi dosen STIM Jakarta mengatakan, yang paling utama dipahami oleh setiap orang yang berhubungan dengan keuangan Gereja adalah pada hakikatnya uang tersebut adalah persembahan untuk Tuhan.

Penggunaannya harus untuk tri tugas panggilan Gereja (Koinonia, Marturia, Diakonia-Red).
"Makanya setiap rupiah harus di pertanggung jawabkan kepada Tuhan dan kepada jemaat, karena pengelola keuangan yang utama adalah memiliki integritas," kata pria yang bergelar Doktor ilmu Management pendidikan ini kepada majalahreformasi.com.

Oleh karena itu, manajemen keuangan gereja harus dikelola dengan dengan asas transparansi dan akuntabel adalah memperhatikan perencanaan, pengelolaan, pengendalian dan pelaporan yang baik.

Majelis khususnya Bendahara Gereja, merencanakan pengeluaran berdasarkan program tahunan, kemudian memprediksi pemasukan secara periodik, tentu memperhatikan kekuatan keuangan dalam menyusun program.

Pencatatan sampai pelaporan mutlak dilakukan, hal ini untuk memudahkan jika dilakuan verifikasi atau audit. Selanjutnya dalam setiap pengeluaran dan penerimaan memperhatikan standard operational procedure (SOP) sehingga tidak menimbulkan masalah.

Saat disinggung dampak negatif yang akan terjadi jika Gereja mengabaikan tata kelola keuangan nya secara profesional, Holong menuturkan, tentunya akan menimbulkan dampak negatif pada pengelolaan keuangan itu sendiri.

Akan mengalami kesulitan pada pelaporan, pertanggungjawaban serta kesulitan dalam verifikasi dan jika dilakukan audit.

Pada gilirannya berdampak luas pada penyusunan dan pelaksanaan program, menghambat pengambilan keputusan pendanaan dengan tidak tersediannya data keuangan yang akurat.
Pengelolaan keuangan yang tidak transparan, cepat atau lambat akan menimbulkan ketidakpercayaan, kecurigaan dan pada akhirnya dapat mengancam keutuhan jemaat.

"Kita tahu untuk membangun trust atau kepercayaan itu biasanya orang selalu melihat dari aspek pengelolaan keuangan. Oleh karena itu majelis dan pengurus gereja harus berhati-hati dalam mengelola keuangan," beber pria kelahiran Siborong-borong ini.

Ia mengucapkan harapannya, GPKB secara konsisten menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel secara konsisten yang berkelanjutan mengoptimalkan sumber daya keuangan yang ada.

Peran Majelis perlu merencanakan sumber-sumber penerimaan lain melalui unit usaha untuk mendukung program-program GPKB, lembaga ini membutuhkan dana besar untuk operasional dan implementasi program-program baik sifatnya jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. (David Psrb)

 


TAG , , , Gpkb, , ,