MAJALAHREFORMASI.com - Tahun Baru Imlek adalah perayaan yang paling penting bagi Umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Imlek bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan yang mendalam.
Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Budi S. Tanuwibowo, dalam wawancaranya baru-baru ini menjelaskan filosofi yang terkandung dalam perayaan Imlek. Menurutnya, Imlek mengajarkan manusia untuk menjalani kehidupan dengan prinsip keseimbangan, cinta kasih, harmoni, dan kebijaksanaan.
Budi mengungkapkan bahwa Imlek mengarahkan manusia untuk berjalan di "garis tengah" atau prinsip Zhong Yong, yang berarti menjaga keseimbangan hidup dengan menegakkan nilai-nilai luhur seperti Xiao (laku bakti), (Ti) kerendahan hati, Zhong (setia), Xin (dapat dipercaya), Yi (menjunjung tinggi kebenaran, kewajiban, kejujuran, keadilan), Li (kesusilaan, aturan, ketertiban), Lian (ketulusan hati), Che (rasa tahu malu, tahu diri), Zhi (kearifbijaksanaan), Ren (cinta kasih tanpa pandang bulu) dan Shu (tepasalira, apa yang diri sendiri tiada inginkan jangan diberikan pada orang lain).
“Ke atas, kita dituntut untuk selalu berbuat baik kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-Nya. Ke bawah, kita harus memberikan yang terbaik untuk keluarga, lingkungan, bangsa, dan bahkan semesta,” kata Budi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam menjalani kehidupan, manusia diarahkan untuk menempuh empat arah panduan lain yang menjadi bagian dari filosofi Imlek untuk selalu memperbaharui diri. Pertama, ke kiri, artinya harus selalu tekun belajar, mengasah diri, dan melatih kemampuan agar siap menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
Kedua, ke kanan, yang berarti membangun dan menjaga hubungan silaturahmi dengan sesama umat manusia, mulai dari lingkungan keluar terus ke lingkungan yang lebih luas.
Ketiga, ke belakang, yaitu memelihara adat istiadat yang positif sebagai warisan berharga sekaligus mengembangkan tradisi tersebut untuk masa depan.
Keempat, ke depan, yaitu membuat rencana masa depan dengan baik agar apa pun yang terjadi kelak dapat diantisipasi dengan bijak.
Selain itu, Budi menekankan pentingnya mawas diri atau refleksi sebagai inti dari kehidupan. Dengan mawas diri, manusia dapat melaksanakan segala sesuatu dengan tenang, jernih, dan penuh kebaikan.
Memasuki Tahun Baru Imlek, Budi menyampaikan harapannya agar umat Khonghucu dapat memulai tahun yang baru dengan semangat yang diperbarui. Ia berharap semangat ini dapat membantu umat melangkah maju dan menyelesaikan berbagai persoalan dengan bijaksana.
"Atas nama pribadi, keluarga, serta segenap pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN), saya mengucapkan Gōng Xǐ Xīn Xī, Wàn Shì Rú Yì. Semoga tahun baru ini membawa kekuatan dan keberkahan baru untuk kita semua," ungkap Budi menutup pesannya. (David)