Logo Kamis, 28 Maret 2024
images

MAJALAHREFORMASI.com - Film dokumenter bertajuk Semesta untuk pertama kalinya diputar di enam kota, yaitu Jakarta, Aceh, Flores, Bali, Yogyakarta, dan Papua. Pemutaran akan digelar mulai September hingga Oktober 2022 mendatang dan disertai dengan diskusi dengan mengundang narasumber pembuat film dan tokoh inspirasi di film yang terus merawat alam Indonesia hingga kini. 

Bukan itu saja, menariknya pemutaran dan diskusi ini tidak dipungut bayaran.

Film ini berkisah tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi di Indonesia yang bergerak memelankan dampak perubahan iklim dengan merawat alam atas dorongan agama, kepercayaan, dan budaya masing-masing. 

Ketujuh sosok itu berasal dari Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Kalimantan, Flores, serta Papua. Kehadiran ketujuh sosok ini memang dipilih dengan seksama untuk mewakili manusia dan alam Indonesia yang beragam.

Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin, selaku produser dari Talamedia merasa perlu menayangkan kembali film 'Semesta' kepada khalayak yang lebih luas lagi, khususnya masyarakat di kota ketujuh sosok di film ini berasal. “Sejak awal pembuatan film ini, kami ingin sekali bisa membawa film ini untuk ditonton di sekolah-sekolah dan di lokasi-lokasi tempat film ini diproduksi,” ungkap Mandy Marahimin.

“Saya berharap dengan diputarnya film ini di enam kota para narasumber berasal, kisah-kisah dari film ini bisa memberi inspirasi untuk bersama-sama menjaga alam kita, tanpa memandang agama, budaya, profesi, dan semua atribut sosial lainnya,” pungkas Nicholas Saputra.

Chairun Nissa, sutradara film Semesta, menyambut senang dengan diputar kembali film tersebut di ruang-ruang publik, khususnya di enam kota tersebut. “Senang sekali ketika diberitahu film Semesta bisa disaksikan oleh para masyarakat di daerah yang kami jadikan lokasi pengambilan gambar dan asal para narasumber yang kisahnya kami angkat dalam film ini,” ungkap Chairun Nissa. 

Lebih lanjut, Film Semesta ini mengajak kita berkeliling sembari menikmati kekayaan alam di Tanah Air, mulai dari titik ujung barat, yakni Desa Pameu, Aceh, hingga bagian ujung timur Indonesia, tepatnya di Kampung Kapatcol, Papua.

Film ini juga didukung oleh Soraya Cassandra, Marselus Hasan, Agustinus Pius Inam, Almina Kacili, Tjokorda Raka Kerthyasa, Iskandar Waworuntu, dan Muhammad Yusuf sebagai tokoh sentral film ini, Cory Michael Rogers sebagai penulis, Aditya Ahmad sebagai sinematografer, Ahsan Adrian sebagai editor, Indra Perkasa sebagai penata musik, Satrio Budiono, Indrasetno Vyatrantra, dan Hasanudin Bugo sebagai penata suara. (Red)